Previous Issue September 2021

Buah Diplomasi Multilateral Mengamankan Suplai Vaksin

Kementerian luar negeri menjadi garda terdepan untuk melakukan lobi dan pendekatan kepada seluruh negara-negara produsen vaksin atau perusahaan vaksin global untuk mendapat pasokan vaksin yang memadai

Seiring dengan merebaknya COVID 19, banyak varian virus baru yang muncul. Indonesia kini menghadapi gelombang kedua COVID sejak bulan juli 2021. Masih rendahnya angka atau jumlah warga Indonesia yang melakukan vaksin membuat penyebaran COVID menjadi tak terkendali. Disamping rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksin, ketersedian stok vaksin yang yang di miliki oleh pemerintah juga sangat terbatas. Pemerintah telah memulai program vaksinasi COVID-19 sejak Januari silam. Demi kelancaran program vaksinasi, pemerintah gencar mengamankan stok vaksin, salah satunya melalui diplomasi multilateral

Kementerian luar negeri menjadi garda terdepan kepada seluruh negara-negara produsen vaksin atau perusahaan vaksin global untuk mendapat pasokan vaksin yang memadai. Hingga 30 Juli 2021, Indonesia telah mengamankan 174,6 juta vaksin COVID-19. Jumlah ini sudah termasuk total vaksin Sinopharm yang datang kemarin, 30 Juli 2021 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang sebanyak 1,5 juta dosis. Sebagaimana data terakhir yang diterima, berikut ini jumlah dosis vaksin COVID-19 yang tiba di Indonesia berdasarkan bentuk dan produsen vaksin hingga per 30 Juli 2021 :

  1. Vaksin Sinovac Biotech Ltd: total diterima bentuk bahan baku 144.700.280 dan 3.000.000 vaksin jadi (finished product)
  2. AstraZeneca PLC: vaksin bentuk jadi 14.907.440
  3. Sinopharm (China National Pharmaceutical Group): vaksin bentuk jadi 7.500.000
  4. Moderna: 4.500.160

Total Kedatangan Vaksin COVID-19 174.607.880

Total Vaksin Jadi 147.207.600 dengan rincian
a. Vaksin yang diolah dari bahan baku vaksin Sinovac: estimasi menjadi vaksin jadi 117.300.000
b. Bentuk jadi: 29.907.600

Keberhasilan mengamankan pasokan vaksin dari berbagai produsen tak lepas dari upaya diplomasi multilateral sejak Oktober 2020 yang dipimpin Kementerian Luar Negeri, dan melibatkan Kementerian Kesehatan, dan Kementerian BUMN. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan, diplomasi vaksin akan terus diperkuat dan diperkokoh. “Untuk membantu upaya pemerintah membangun resiliensi kesehatan dan pemulihan ekonomi.

WHO Representative Dr. N. Paranietharan menyatakan, Indonesia merupakan satu dari sedikit negara-negara berkembang yang sudah memulai vaksinasi. Kami harap kedatangan vaksin dari berbagai produsen semakin menguatkan pelaksanaan program vaksinasi nasional. Penting untuk memberikan vaksin kepada mereka yang paling membutuhkan dan memastikan tidak ada yang tertinggal, ujarnya. Dr Paranietharan lebih lanjut menyampaikan kepemimpinan Indonesia dalam vaksin multilateral dengan duduknya Menlu RI sebagai salah satu co-chair AMC Engagement Group.

Sementara itu, Country Representative UNICEF Indonesia, Debora Comini mengapresiasi Indonesia yang aktif dalam inisiatif COVAX dan menjadi salah satu yang pertama kali bergabung. “Indonesia juga terdepan dalam memastikan untuk membuat kesepakatan suplai vaksin. Kita semua ingin vaksinasi menjangkau sebanyak-banyaknya orang dalam waktu yang secepatnya untuk mengatasi pandemi dan anak-anak bisa kembali ke kehidupan normal, membuka sekolah kembali, dan memastikan layanan kesehatan kembali bisa melayani dengan normal,” paparnya.[]

Don`t copy text!