Bayangkan, terdengar suara yang menggetarkan seluruh bumi, yang terbang ke alam semesta, dari belahan bumi yang lain, dari Indonesia sampai ke Swiss, menembus cuaca dan ganasnya lautan dan samudra…. Bayangkan, suara-suara itu menjelajahi segala penjuru dunia bersama dengan burung Garuda. Disinilah kita berada, dalam ikatan antara Indonesia dan Swiss, di mana sekelompok pemuda, remaja dan anak- anak, memainkan musik Indonesia. Betapa anehnya situasi ini! Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana ini bisa berkembang? Kita sekarang tahu bahwa ini sudah berlangsung selama 10 tahun. Namun, bagaimana bisa menjelaskan perasaan ini, bahkan Cinta ini? Kami sampai di Sekolah Musik Pedagogi “Un, Deux, Trois, Musiques …” di kota Sion, Swiss, dan suara Gamelan yang menggetarkan langsung menarik perhatian kami. Kami ingin tahu lebih banyak.
“Selamat pagi! Apa Kabar?” Ini adalah sebuah senyuman dan sapaan untuk suara gamelan yang penuh dengan nuansa tradisi Jawa, dengan warna-warni khas merah dan emas. Kami langsung terkesima dengan keindahan visual yang dihasilkan oleh suara Gamelan, yang dimainkan oleh sekelompok musisi dan berlatih di bawah pimpinan Saudara Timothée Coppey. Mereka sudah tampil dan bermain dalam sejumlah pertunjukan di seluruh negeri dan dalam resepsi diplomatik di Bern dan Jenewa. Sungguh sangat mengesankan untuk bisa memiliki suasana yang begitu lembut mengenai Indonesia di Swiss ini. Ibu Nicole Coppey, Pendiri dan Direktur sekolah tersebut, menyambut kami dengan hangat untuk masuk ke suasana ini. Kami melepas sepatu kami, dan atas sarannya kami duduk di lantai, di tengah-tengah gamelan.
Posisi duduk ini, dalam sebuah relung yang dikelilingi langit-langit, dan ruangan yang dipenuhi getaran, menguasai perasaan kami sepenuhnya. Kami penasaran ingin tahu lebih banyak lagi! Betapa inginnya untuk merasakan dan memahami lebih jauh lagi, sebelum menerjemahkannya dalam kata-kata. Kami terus menikmati suasana tersebut, sambil mengamati sikap masing-masing musisi yang bermain dalam kelompok ini sebagai satu kesatuan yang utuh. Di samping saya, seorang remaja sedang bermain Kenong. Kami sangat terkesan dengan sikapnya yang tenang, yang serius mendengarkan, dan terkadang membantu musisi di sampingnya dengan mengisyaratkan bagian yang harus dia mainkan. Jelas tampak bahwa para musisi tersebut mengenal satu sama lain dan benar-benar telah membentuk satu kesatuan yang utuh. Saya mengetahui bahwa remaja ini telah mengalami beberapa situasi sulit di masa lalu, yang mengharuskannya untuk mengakhiri beberapa kegiatan lainnya. Namun, untuk Gamelan, dia tetap berada disini dan terus bermain. Hal ini mendorong saya untuk merenungkan masa muda kita dan manfaat musik dari instrumen gamelan ini, di mana saya melihat cahaya bintang berseri dan menari bersama musik tradisional Jawa. Betapa indahnya melihat orang-orang muda yang telah mencintai budaya ini, dengan telinga terbuka, siap bermain dan tampil di sini, di Swiss. Perasaan saya juga terbawa hanyut oleh penampilan musisi lainnya dalam permainan Gamelan ini. Sesuatu benar-benar terjadi … sebuah fenomena besar, yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Dalam proses yang menghanyutkan ini, saya sempat berbicara dengan Ibu Nicole Coppey, tokoh yang sangat responsif di dalam menangani proyek permainan musik Gamelan di Swiss. Beliau menatap saya dan hanya menjawab: “Keheningan berbicara, semua ada dalam keheninganku … getarannya cukup dalam untuk dapat memahami semuanya tanpa harus mengatakan apapun. Terima kasih atas kunjungan Anda, ini sangat menyentuh bagiku…” Tidak diragukan lagi, Garuda ini adalah burung surgawi; dia tahu bagaimana membawa kita ke tempat dimana saya akhirnya bisa merasakan dimensi spiritual dan artistik yang sejati. Saya berharap bahwa orang-orang muda ini, yang berkembang dan tumbuh dalam kebajikan, pada gilirannya akan mampu membawa kedamaian dan ketenangan bagi dunia.
Salam…. Dalam mimpi ini, saya pulang dengan menunggang burung Garuda, dan membayangkan semua perang dan konflik global … dengan membangun harapan, dengan belas kasih di dalam hati. Saya sangat percaya bahwa kita bisa, dalam skala kecil dan dalam skala besar, menaiki tangga menuju awan putih.
Add Comment