Current Issue Desember 2022

Capaian Baru Penanganan Sampah Laut dalam Forum Kerja Sama IORA

Permasalahan sampah laut yang kian mendesak ini telah mendorong berbagai upaya pada tingkat global, regional, maupun nasional. Setiap negara anggota IORA pun merasakan dampak sampah laut karena sifatnya yang lintas batas yang membutuhkan kerja sama regional yang terintegrasi.

Oleh Stephanie G. Johannes (Dit. KSIA Aspasaf)

 Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Indian Ocean Rim Association (IORA) ke-22 yang berlangsung pada 24 November 2022 di Dhaka, Bangladesh, telah mengesahkan Kerangka Kerja Strategis Penanganan Sampah Laut di Samudra Hindia yang tercantum dalam dokumen bertajuk Dhaka Communiqué. Kerangka kerja yang dikenal dengan nama resmi IORA Strategic Framework of Action on Marine De[1]bris in the Indian Ocean, merupakan prakarsa Indonesia dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), yang mewakili Jerman sebagai negara Mitra Wicara di IORA.

Marine Debris

Sampah laut atau marine debris merupakan salah satu permasalahan lingkungan utama dalam tatanan global. Marine debris umumnya didominasi oleh material sampah yang berbahan dasar plastik dan telah menumpuk di berbagai titik perairan di dunia.

Seiring dengan berkembangnya penggunaan plastik yang dipandang mempermudah kehidupan manusia sejak tahun 1950-an, tercatat bahwa sampah plastik yang masuk ke laut mencapai angka antara 5 – 13 miliar ton setiap tahunnya secara global. Penelitian terkini yang dipublikasikan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) telah menunjukkan bahwa dampak polusi plastik pada ekosistem dan kesehatan manusia sebenarnya lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya.

Saat ini memang telah banyak kegiatan dari sektor swasta maupun non-governmental organization (NGO) yang mendorong aktivitas daur ulang plastik. Namun, menurut data dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada Februari 2022 lalu, kenyataannya hanya 9% sampah plastik yang berhasil didaur ulang di seluruh dunia.

Permasalahan sampah laut yang kian mendesak ini telah mendorong berbagai upaya pada tingkat global, regional, maupun nasional. Setiap negara anggota IORA pun merasakan dampak sampah laut karena sifatnya yang lintas batas yang membutuhkan kerja sama regional yang terintegrasi. Beberapa negara anggota IORA telah memiliki rencana dan kebijakan nasional untuk mengurangi dan mengelola sampah plastik di negaranya, termasuk di Indonesia sendiri. Namun, belum ada pendekatan terpadu yang dapat mengatasi polusi plastik dan sampah laut pada di lingkup regional.

Atas dasar pemikiran tersebut, Indonesia kemudian mendorong adanya pedoman penanganan sampah laut di Samudra Hindia melalui kerja sama dengan GIZ Jerman, dalam menyusun IORA Strategic Frame[1]work of Action on Marine Debris in the Indian Ocean.

IORA Strategic Framework of Ac[1]tion on Marine Debris in the Indian Ocean

Indonesia, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), selaku Ketua area kerja sama prioritas IORA Core Group on Fisheries Management (CGFM), memandang pentingnya sebuah kerangka aksi penanganan sampah laut di kawasan Samudra Hindia. Secara teknis dalam pemahaman kerangka kerja sama di IORA, hal ini tidak hanya menjadi bagian dari rencana kerja CGFM saja tetapi juga melengkapi rencana kerja IORA Working Group on the Blue Economy (WGBE).

Penyusunan IORA Strategic Frame[1]work of Action on Marine De the Indian Ocean telah berlangsung sejak akhir tahun 2021 melalui rangkaian pertemuan pengembangan kapasitas yang diselenggarakan secara virtual dan dihadiri oleh pembuat kebijakan, akademisi, dan swasta dari berbagai negara anggota dan mitra wicara. Pertemuan pertama diselenggarakan pada 7 Desember 2021 yang disusul dengan pertemuan kedua pada 8 Maret 2022. Pertemuan finalisasi kerangka aksi tersebut kemudian diselenggarakan secara luring di Bali, pada 28 – 29 September 2022.

Secara garis besar, strategic frame[1]work tersebut mengategorikan 5 (lima) pilar utama, yang terdiri dari:

  1. Framework and Policies, yang menekankan pentingnya dialog regional antar negara anggota IORA terkait kebijakan di masing[1]masing negara untuk menentukan inisiatif dalam menangani sampah plastik;
  2. Measures and Actions, yang menekankan pentingnya imple[1]mentasi berbagai tindakan yang telah disepakati bersama sekaligus mempromosikan solusi yang inovatif dalam menangani sampah plastik;
  3. Research, Learning, and Monitoring, yang menekankan pentingnya saling berbagi informasi antara para peneliti dan ahli dari berbagai think tank, sektor negeri, swasta, organisasi internasional, dan stakeholders lainnya
  4. Awareness and Behavior Change, yang menekankan pentingnya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan masyarakat luas terkait sampah laut serta penanganannya
  5. Regional Cooperation, yang menekankan pentingnya meningkatkan kolaborasi dan kerja sama antar negara anggota IORA melalui kemitraan dengan berbagai sector

Pengesahan IORA Strategic Frame[1]work of Action on Marine Debris in the Indian Ocean pada PTM IORA ke-22 merupakan sebuah capaian Indonesia yang patut dibanggakan. Namun hal ini bukanlah sebuah garis finish, melainkan sebuah permulaan. Permulaan untuk kawasan Samudra Hindia dan seluruh perairan di dunia yang bersih dari sampah laut demi keseimbangan ekosistem dan jaminan kesehatan yang lebih baik bagi keturunan kita semua.[]

Don`t copy text!