Previous Issue September 2022

DIBALIK “HAT TRICK” KUNJUNGAN KERJA PRESIDEN RI KE ASIA TIMUR

Kunjungan Presiden Jokowi ke RRT, Jepang dan Korea Selatan, sukses memproyeksikan kepemimpinan Indonesia pada berbagai isu global, G20 dan ASEAN. Dari segi ekonomi, kunjungan kerja ini berhasil menarik minat sektor swasta dan pemerintah dari ketiga negara tersebut. Mereka seakan tak ingin ketinggalan kereta untuk berinvestasi di Indonesia.

Oleh: Direktorat Asia Timur (Santo Darmosumarto, Nadia Sumampouw, Rina F. Wahyuningsih, Vahd Nabyl A. Mulachela)

Di penghujung Juli 2022 lalu, Presiden Joko Widodo bertandang ke 3 negara Asia Timur. RRT, Jepang dan Korea Selatan. Rangkaian kunjungan ini ditempuh hanya dalam waktu 4 hari, dari 25 hingga 28 Juli 2022. Meski durasinya singkat, hasil yang diperoleh dari lawatan ini tak bisa dibilang remeh

Dari segi politis misalnya, kunjungan ini sukses memproyeksikan kepemimpinan Indonesia pada berbagai isu global, G20 dan ASEAN. Dari segi ekonomi, kunjungan kerja ini berhasil menarik minat sektor swasta dan pemerintah dari ketiga negara tersebut. Mereka seakan tak ingin ketinggalan kereta untuk berinvestasi di Indonesia

Persiapan mendetail dan koordinasi yang matang adalah kunci di balik keberhasilan kunjungan Presiden RI tersebut. Baik dari segi substansi, maupun dari sisi pengaturan protokoler yang dikemas dengan mengedepankan efisiensi dan fokus pada target yang hendak dicapai

Seperti menyusun “puzzle” informasi yang tersebar menjadi sebuah program yang konkrit, Direktorat Asia Timur bersama dengan Direktorat Protokol Kemlu intens memimpin kolaborasi lintas instansi. Tujuannya tak lain untuk memastikan kunjungan Presiden RI berjalan mulus dan menghasilkan manfaat yang diharapkan. Dalam rentang kurang dari 2 bulan, koordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga pemerintah, Perwakilan RI di Beijing, Seoul dan Tokyo, dan juga Kedutaan Besar RRT, Jepang dan Korsel di Jakarta dilakukan secara erat.

Tantangan Unik di Setiap Negara

Mempersiapkan kunjungan Kepala Negara bukan urusan mudah. Apalagi jika dilakukan dalam rangkaian tiga destinasi yang substansinya ditangani satu Direktorat yang sama. Tiap segmen kunjungan memiliki tantangan unik

Sebagai contoh, RRT tidak membuka perbatasan bagi kunjungan internasional. Negara ini masih menerapkan protokol kesehatan (prokes) COVID-19 secara sangat ketat. Penerbangan komersial pun nyaris tidak ada sama sekali. Satu-satunya opsi moda transpor[1]tasi yaitu menggunakan pesawat sewaan (chartered flights) untuk menerbangkan tim pendahulu maupun delegasi inti

Prokes setempat di RRT juga menjadi tantangan tersendiri, karena Pemerintah RRT mengharuskan tiap delegasi yang berkunjung untuk menerapkan sistem pergerakan yang tertutup – bagaikan hidup dalam sebuah “gelembung” (bubble) steril. Alhasil, Delegasi Indonesia hanya bisa tinggal dan berkegiatan di dalam lingkungan Diaoyutai State Guest House. Pengawalan oleh aparat RRT dilakukan ketat. Tiap penduduk setempat – termasuk pejabat Kedutaan Besar RI di Beijing – yang bertemu dengan Delegasi Indonesia, diwajibkan untuk menjalankan karantina setelahnya

Dalam hal kunjungan ke Tokyo, tantangan unik yang dihadapi adalah menjadi sangat terbatasnya tim yang telah dipersiapkan untuk diterjunkan sebagai pendukung kegiatan Presiden RI di Tokyo, akibat terpapar COVID-19 di H-2 sebelum keberangkatan. Tantangan lain yang ditemui adalah terkait factor keamanan karena pada 8 Juli 2022 telah terjadi penembakan terhadap mantan PM Abe Shinzo saat melakukan kampanye di Prefektur Nara. Alasan keamanan membuat Jepang meminta Indonesia untuk tidak mengumumkan rencana kunjungan Presiden RI ke Tokyo jauh-jauh hari, termasuk rencana pertemuan dengan para tokoh nasional di Jepang.

Kunjungan Presiden RI di Tokyo berlangsung hanya 16 jam. Ini merupakan segmen kunjungan tersingkat jika dibandingkan dengan kunjungan ke Beijing maupun Seoul. Namun hasil kunjungan ini tetap penting karena membawa sejumlah kepentingan nasional dan komitmen untuk disepakati bersama. Yang tidak kalah membanggakan, Presiden RI dan Ibu Negara menjadi bagian dari sedikit sekali tokoh asing yang diterima oleh Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako di Istana Kekaisaran Jepang

Untuk kunjungan ke Korsel, salah satu tantangan yang dihadapi adalah mempersiapkan sejumlah naskah perjanjian kerja sama yang akan ditandatangani pejabat setingkat Menteri kedua negara di hadapan Presiden RI dan Presiden Korsel di Seoul. Tahapan penyusunan konsep awal naskah perjanjian yang substansinya beragam, negosiasi isi dokumen dengan instansi penjuru di kedua negara, konsultasi aspek hukum dan legalitas dokumen dengan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kemlu, ditempuh secara teliti dan seksama. Proses ini tak jarang berlangsung hingga larut malam

Hingga pada akhirnya dokumen-dokumen yang final dicetak pada kertas khusus untuk perjanjian internasional, dan setelah ditandatan[1]gani para Menteri di Seoul, dibawa kembali ke Jakarta untuk disimpan di Treaty Room Kemlu RI. Koordinasi dengan pihak Korsel juga memerlukan kepiawaian tersendiri, mengingat hingga pelaksaan kunjungan, tidak dijumpai secarik undangan tertulispun dari pihak Korsel – kecuali undangan jamuan makan malam kenegaraan

Makna Kunjungan Presiden RI ke Asia Timur

Terlepas dari berbagai tantangan yang ditemui, kunjungan Presiden RI ke Asia Timur pada Juli 2022 pa tut dimaknai sebagai prestasi mesin diplomasi Indonesia yang bekerja dengan baik. Presiden RI adalah Kepala Negara asing pertama yang diterima berkunjung ke Beijing selama masa pandemi COVID-19, di luar mereka yang berkunjung untuk menghadiri Winter Olympic. Makna di balik ini adalah pengakuan atas postur diplomasi Indonesia di mata Beijing.  

Hasil yang diraih dari kunjungan ke Beijing, 25-26 Juli 2022, adalah dukungan RRT bagi program-program pembangunan di Indonesia. Di antaranya, komitmen dukungan RRT bagi ekspor produk pertanian Indonesia termasuk impor 1 juta ton CPO Indonesia dan akses pasar produk buah tropis, ikan hidup dan ikan hias, serta revisi kebijakan anti-dumping terhadap Indonesia. Sektor swasta dan BUMN RRT juga membuka kemungkinan terlibat pada proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, termasuk dikembang[1]kannya kemitraan multi-partit bersama Uni Emirat Arab (UEA).

Adapun pendanaan yang dilakukan RRT adalah untuk pengembangan proyek-proyek infrastruktur strategis termasuk KCJB, Kawasan Industri di Kaltara, TCTP dan Herbal Medicinal Plantation di Toba. RRT juga menambah jumlah beasiswa dan fasilitasi kembalinya mahasiswa Indonesia ke RRT

Pada kunjungan ke Tokyo, 27 Juli 2022, hasil yang diperoleh antara lain yaitu dukungan investasi untuk industri otomotif guna mendukung elektrifikasi sektor trans portasi.  Jepang juga membuka kerja sama pembangunan pabrik methanol di Papua Barat oleh Sojitz dan pembiayaan JBIC untuk INPEX pada investasi di Blok Masela, serta penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis seperti MRT Jakarta dan jalan tol akses Patimban

Investasi di sektor pangan dan wirausaha termasuk kapasitas bagi percepatan proses perizinan ekspor mangga ke Jepang juga menjadi hasil kunjungan Presiden RI ke Tokyo. Selain itu, Jepang juga memperkuat komitmen bagi kerja sama pencegahan bencana alam, pembangunan PLTA Peusangan, serta penguatan kerja sama energi dan lingkungan hidup.

Dari kunjungan ke Seoul, 27-28 Juli 2022, dihasilkan komitmen investasi baru Korsel ke Indonesia senilai USD 6,7 miliar, atau setara RP 100,69 triliun. Kunjungan Presiden RI juga menghasilkan 3 dokumen kerja sama teknis di bidang pemindahan Ibu Kota Nusantara, kerja sama maritim, dan kerja sama investasi hijau.  

Keberhasilan diplomasi secara utuh tidak bisa hanya diukur dari dimensi kuantitatif dan transaksional. “Hat trick” Kunjungan Presiden RI ke Asia Timur tak bisa dipungkiri telah memperkokoh kualitas kemitraan strategis dan komprehensif Indonesia dengan ketiga negara tersebut, didasari pada kepentingan nasional dan keberpihakan pada rakyat.[]

Don`t copy text!