(Oleh Ir. Farid Hasan Baktir : Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Deptan)
Fokus utama kerjasama luar negeri Departemen Pertanian adalah untuk menjalin kerjasama bilateral dibidang pertanian dengan negara-negara lain. Juga kerjasama regional seperti ASEAN, APEC, ESCAP dan lain sebagainya, serta kerjasama multilateral yang kita bangun bersama-sama dengan organisasi-organisasi multilateral. Kemudian juga dengan PBB, khususnya FAO, WFP, IFAD (International Fund for Agriculture Development) termasuk dengan CFC (Common Fund for Commodity) dan lembaga sumber-sumber pendanaan internasional.
Jadi kita berusaha memanfaatkan secara optimal kerjasama yang saling menguntungkan dalam kerangka bilateral, regional ataupun multilateral agar bisa saling melengkapi antara kekurangan dan kelebihan yang ada dan saling berbagi. Baik itu dibidang penelitian, ataupun pertukaran tenaga ahli. Disamping itu sekaligus kita melakukan promosi perdagangan produk dan industri pertanian, itulah yang ingin kita capai.
Kerjasama di bidang capacity building dan pertukaran tenaga ahli dengan negara-negara maju, kita lakukan untuk kepentingan membantu kita didalam pengembangan bidang-bidang tertentu. Di sisi lain kita juga bisa membantu negara-negara lain di beberapa hal yang menjadi kelebihan kita. Apalagi memang kita memiliki tenaga ahli yang cukup banyak dan sudah mendapat pengakuan dari lembaga-lembaga internasional dan negara-negara lain di dunia mengenai keberhasilan dan kemajuan kita dibidang pertanian.
Sehingga dengan demikian mereka mengharapkan Indonesia menjadi bagian kerjasama tersebut. Kita juga bisa mengirimkan tenaga ahli, namun karena keterbatasan dana, maka kita mengharapkan adanya phak ketiga yang bisa membantu menyediakan dana untuk pemberangkatan, akomodasi dan lain-lain sebagainya selama mereka memberikan alih pengetahuan, pelatihan dan sebagainya.
Di luar itu, kita juga mengharapkan agar prouduk-produk kita bisa berkembang dan meningkat kualitasnya, terutama untuk komoditi yang berpotensi sebagai produk ekspor dimasa mendatang. Di bidang perkebunan misalnya, untuk sawit kita berharap bisa melakukan transfer genetik dari beberapa negara di Asia dan Arika karena mereka memiliki sumberdaya genetik sawit yang murni (galur murni).
Sementara dari negara maju, seperti Jepang misalnya, kita berharap bisa mentransfer kelebihan Jepang dalam penanganan pasca panen yang baik, shape treatment untuk beberapa hama seperti lalat dan lain sebagainya. Sebab produk yang ingin masuk ke pasar Jepang harus memenuhi syarat dan ketentuan tersebut. Demikian juga dengan kakao di AS, mereka menginginkan kualitas yang bagus dengan standar-standar tertentu. Kita mengharapkan bantuan dari mereka agar bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, apalagi sebetulnya kita mampu untuk memenuhi itu. Untuk bidang peternakan, kita harap Australia bisa membantu didalam pengembangan bibit unggul, breeding yang menghasilkan suatu hybrid yang unggul dan dapat beradaptasi dengan iklim di Indonesia. Demikian juga dengan New Zealand, Brazil, Paraguay dan Uruguay sebagai negara yang sudah maju dalam bidang peternakan.
Dengan Belanda kita mendapatkan keterampilan penanganan produk-produk pertanian, mulai dari produksi sampai ke hilir. Dimana kita menerapkan good agriculture practices dan juga good management practices dengan menggunakan residu-residu yang sudah ditetapkan batasan-batasannya. Itulah yang kita coba dapatkan dari mereka.
Sedangkan kita memberikan kepada negara-negara berkembang, khususnya dalam kerangka kerjasama Selatan-Selatan. Itu adalah komitmen kita untuk membantu negara berkembang dalam rangka SSTC. Pelatihan yang kita lakukan sejak 1980-2009 ini, kurang lebih sudah 50 negara dari Asia, Afrika, Pasifik dan Amerika yang kita bantu.
Keberhasilan kita didalam menghadapi masalah pangan, produksi yang meningkat dan kualitas yang baik, telah menjadikan negara-negara lain berharap agar kita bisa membantu mereka, terutama kelebihan kita didalam penanganan beras dan juga breeding. Karena itu kita membantu meningkatkan kemampuan mereka untuk bisa menghasilkan padi yang produktifitasnya tinggi.
Selain itu kita juga memberikan bantuan berupa benih dan peralatan pertanian kepada beberapa negara, dimana dalam hal ini kita juga melakukan promosi. Jadi kita memberikan bantuan sekaligus memasarkan produk pertanian kita. Dengan begitu kita berharap bisa mendorong sektor swasta untuk ikut berinvestasi memasarkan produknya baik dalam bentuk produk dan peralatan pertanian, maupun benih. Apa yang kita dapatkan secara positif dari luar, adalah menerapkan persyaratan ekspor ke Indonesia, tetapi kedepan kita berharap untuk tidak melakukan itu lagi. Beberapa negara sudah memenuhi persyaratan kita untuk bisa ekspor kesini, mereka terbuka dengan persyaratan yang harus dipenuhi, seperti karantina dan sebagainya.
Dengan begitu kita mencoba mengurangi ketergantungan dengan negara-negara yang selama ini dominan terhadap pasar kita. Sehingga dengan demikian harga produk yang masuk menjadi sangat kompetitif, dan konsumen diuntungkan. Misalnya seperti gandum, sebelumnya didominasi oleh Australia, tetapi sekarang sudah beberapa negara yang memenuhi ketentuan kita. Manfaat yang kita dapatkan dan rasakan dari kerjasama ini adalah misalnya dengan Jepang, dimana banyak sekali petani-petani kita yang magang disana. Dan ketika mereka kembali dalam jumlah yang cukup besar, mereka kemudian mendalami ilmu yang diperoleh untuk usaha-usaha yang sangat cepat running businessnya, terutama bidang holtikultura. Usaha mereka ternyata berkembang dengan pesat dan sukses, dimana mereka memiliki perkumpulan, terutama di Jawa Barat.
Kita juga mengharapkan adanya investasi dan terbukanya pasar bagi produk pertanian kita dengan memenuhi ketentuan yang sudah ada. Sekarang ini kita sudah bisa memasukkan salak dan mangis ke China. Banyak produk holtikultura kita yang masuk ke Singapura, Malaysia dan Brunei. Untuk Timor Leste kita ekspor benih, dan untuk negara-negara Pasifik ada permintaan penambahan peralatan pertanian. Kita harapkan demikian juga halnya dengan Myanmar, Kamboja, Laos dan lain-lainnya dalam hal benih, bibit unggul atau peralatan pertanian.
Jadi disini memang diperlukan kejelian didalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, dimana kita harus benar-benar mendalami kemampuan pertanian suatu negara. Apa kelebihan-kelebihan mereka, itu yang kita adopsi, dimana dalam hal gandum ini kita bekerjasama dengan India dan Australia. Jadi tidak semata-mata hanya satu jenis produk pertanian yang identik dengan suatu negara, tetapi produk dari suatu wilayah yang banyak kesamaannya atau mendekati iklim di Indonesia.
Add Comment