Indonesia melebihi ekspektasi dunia dalam menjalankan perannya sebagai Presidensi G20 pada tahun 2022. Prestasi tersebut menunjukkan polugri “bebas aktif” tetap relevan bahkan mampu menjawab tantangan global di tengah rivalitas yang semakin meruncing dan di tengah pemulihan pasca pandemi Covid-19. Hal tersebut tidak lepas dari strategi diplomasi yang didesain oleh Kementerian Luar Negeri untuk menciptakan level of con[1]fidence dan level of trust dari para anggota G20.
Perjalanan Presidensi G20 Indonesia sejak 1 Desember 2021 sangat tidak mudah. Saat itu, dunia tengah melanjutkan upaya penyelesaian pandemi serta pemulihan ekonomi. Tema “Recover Together, Recover Stronger” dan logo gunungan Presidensi merefleksikan semangat tersebut.
Namun demikian, krisis geopolitik di Ukraina yang terjadi sejak 24 Februari 2022 mengguncang konstelasi politik global. Tindakan Rusia memicu rivalitas global yang semakin tajam dan divisive, tidak terkecuali di forum G20. Penolakan terhadap kehadiran Rusia juga terjadi di pertemuan G20 sejak Maret-April 2022. Dalam kondisi terekstrim, Indonesia bahkan diminta untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20.
Menyikapi Perubahan dengan Upaya Diplomasi yang Menjembatani
Pada kondisi itu, langkah Indonesia dalam memimpin G20 nampaknya akan menapaki jalan yang terjal. Namun kita yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Keunikan polugri bebas aktif menjadi modal utama untuk diplomasi Indonesia berperan di tengah situasi sulit itu. Untuk itulah, Kementerian Luar Negeri berinisiatif menggunakan G20 Foreign Ministers’ Meeting di bulan Juli 2022 sebagai forum dialog yang konstruktif.
Pertemuan tersebut berhasil mem[1]pertemukan menteri luar negeri dari seluruh negara anggota G20 untuk bertukar pikiran serta men[1]dorong semangat multilateralisme sebagai solusi atas tantangan global terkini. Pesan Indonesia sangat tegas, bahwa Indonesia akan terus bersikap transparan, imparsial dan memegang mandat G20 sebagai premier international economic forum
Momentum ini kemudian dijaga lewat berbagai pertemuan work streams G20 di bawah Presidensi kita. Dengan pendampingan erat oleh Satgas G20 Kemlu, para Chairs working group di berbagai sektor terus melakukan diplomasi dan membangun kepercayaan untuk menjaga laju diskusi. Kesepakatan bagi isu-isu substantif dijaga lewat konsensus dalam negosiasi di tingkat working groups, sementara perbedaan sikap terkait situasi geopolitik dikelola lewat dihasilkannya Ministerial Chair’s Summary untuk pertemuan tingkat Menteri lainnya.
Berbagai capaian di tingkat working groups menjadi pijakan yang kuat menuju pertemuan puncak KTT G20 Bali. Strategi diplomasi Indonesia bertumpu pada lobi dan negosiasi kepada seluruh pihak. Strategi ini dilaksanakan di setiap tingkat kepemimpinan.
Kehadiran Presiden Jokowi pada KTT G7 di Jerman, yang dilanjutkan dengan kunjungan ke Ukraina dan Rusia, membawa pesan kuat bahwa Indonesia siap menjembatani perbedaan. Serangkaian upaya diplomasi juga dilakukan oleh Menteri Luar Negeri RI, baik dalam berbagai kunjungan bilateral ataupun pertemuan mul[1]tilateral, guna memperkuat upaya lobi dan negosiasi.
Pada tingkat Sherpa, puluhan pertemuan virtual dilaksanakan dengan berbagai anggota G20, guna meyakinkan tidak ada pandangan yang terlewatkan. Pendekatan inklusif selalu ditekankan untuk merangkul berbagai kepentingan.
Seluruh langkah inilah yang membawa keberhasilan Indonesia dalam mendorong adopsi dan pengesa[1]han G20 Bali Leaders’ Declaration
Kesuksesan KTT G20 Pembuktian Polugri Bebas Aktif
Terdiri dari 52 paragraf pokok, G20 Bali Leaders’ Declaration menjadi bukti nyata politik luar negeri bebas aktif Indonesia. Deklarasi ini menjawab keraguan publik domes[1]tik dan internasional atas outcome document G20 yang bersifat kon[1]sensus. Indonesian diplomacy delivers!
Keberhasilan ini menjadi suatu watershed moment dan benchmark bagi forum global lainnya.
Terbukti, paragraf 3 terkait perang di Ukraina yang berhasil disepakati G20 kembali digunakan dalam KTT APEC di Bangkok, Thailand, dan berhasil mendukung tercapainya kesepakatan di forum tersebut.
Para anggota G20 juga sepakat un[1]tuk mendukung inisiatif Indonesia bertajuk “G20 Action for Strong and Inclusive Recovery,” untuk menun[1]jukkan concrete and tangible out[1]comes dari G20 melalui berbagai proyek kontribusi yang bernilai leb[1]ih dari USD 238,3 Milyar.
Keberhasilan Presidensi Indonesia juga terlihat dari tingkat kehadiran KTT G20. Perwakilan seluruh negara anggota G20 dan negara undangan, termasuk 25 Leaders tingkat Kepala Negara/Pemerintahan, dan 10 pimpinan organisasi internasional telah berpartisipasi. Ditambah lagi dengan keikutsertaan lebih dari 20.000 orang delegasi dan panitia yang terlibat.
Kesuksesan sebagai Presidensi G20 berhasil membawa Indonesia berada di titik puncak dalam menunjukkan kepemimpinannya di tingkat dunia. Presiden Joko Widodo turut memperoleh penghargaan Global Citizen Award dari Atlantic Council atas peran kepemimpinan beliau di kancah global.
Torehan prestasi ini adalah aset dari pelaksanaan polugri bebas aktif Indonesia. Capaian ini sudah sepatutnya menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan memacu roda diplomasi Indonesia di masa mendatang, terutama dalam menyongsong Keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023.
Add Comment