April 2009

Mampukah Indonesia Menjadi Pionir Bagi ASEAN Economic Community 2015 ?

Agung Setiyo Wibowo
Mahasiswa HI, Univ. Paramadina

ASEAN (Association South East Asian Nation) yang telah berumur tidak kurang dari 40 tahun semakin menunjukkan taringnya di catur perpolitikan internasional. Dengan jumlah penduduk lebih dari penduduk 540 juta dan Gross National Product (GNP) sebesar US$737 milyar dollar (2003), kelak Integrasi Kawasan Asia Tenggara merupakan bentuk integrasi ekonomi yang sangat potensial di Asia maupun dunia. Bercermin pada kesuksesan EEC (European Economic Community) pada bulan Agustus 2006 dibentuklah ASEAN Economic Community (AEC) dalam sebuah summit ke-12 di Cebu Filipina yang semula direncanakan tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Sesuai dengan hasil summit tersebut pembentukan AEC tertumpu pada tiga pondasi yaitu Security Community, Economic Community dan Socio- Culture Community dengan tujuan terciptanya perdamaian, stabilitas dan kemakmuran bersama di kawasan.

Namun dari sekian banyak harapan yang ada, ASEAN memiliki permasalahan yang cukup kompleks untuk mewujudkan ASEAN 2015 seperti: Pertama, adanya ketimpangan pendapatan perkapita yang cukup besar antar negara-negara ASEAN, sehingga diperlukan kerja sama ekonomi yang lebih solid untuk saling membantu dalam mewujudkan kemakmuran bersama. Kedua, sektor industri ASEAN yang bersifat substitusi, seperti Malaysia dan Indonesia yang sama-sama menjadi negara pengahasil CPO dunia. Berbeda dengan Uni Eropa yang antar negara Uni Eropa adalah negara-negara dengan industri yang bersifat komplementer, seperti Inggris dengan tekstilnya, dan Jerman dengan industri high technology. Untuk itu, membangun ekonomi regional ASEAN diperlukan perencanaan matang untuk mempermudah mobilitas sumber daya, barang, dan jasa, agar tidak terjadi ‘perebutan’ atau ‘kanibalisasi’ pasar. Ketiga, Belum stabilnya kondisi politik di beberapa negara ASEAN seperti Myanmar. Keempat, masih kurangnya law enforcement di beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia. Hal terebut jelas akan menghambat jalannya aktivitas ekonomi. Kelima, perbedaan budaya dan latar belakang berdirinya masing-masing negara yang cukup kontras.
Kelima permasalahan di atas adalah tantangan internal bagi negara-negara ASEAN untuk mewujudkan economic community yang solid, saling mendukung dan berkesinambungan. Belum lagi tantangan eksternal yang akan dihadapi oleh negara-negara ASEAN, yaitu bangkitnya kekuatan ekonomi China dan India, serta liberalisasi WTO. Makin kuatnya persaingan ekonomi global harus segera direspon dengan menguatnya integrasi ekonomi regional. Kekompokkan antar negara ASEAN akan teruji ketika negara-negara tersebut dapat saling membantu mewujudkan kemakmuran bersama. Tentunya dengan political will yang kuat, koordinasi dan mobilisasi sumber daya yang matang dan terencana, juga semakin kuat institusi negara dan swasta.

Itulah diantara beberapa kerikil tajam yang menghambat organisasi di kawasan Asia Tenggara ini terintegrasi dengan baik layaknya Uni Eropa. Mampukah ASEAN menyamai prestasi European Economic Community dan mampukah Indonesia menjadi pionir terbentuknya Asean Economic Community 2015?

About the author

admin

Add Comment

Click here to post a comment

Don`t copy text!