Previous Issue September 2022

PERTEMUAN TINGKAT MENTERI LUAR NEGERI G20 BAHAS PENGUATAN MULTILATERALISME SERTA KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

Pertemuan Para Menteri Luar Negeri G20, atau G20 Foreign Ministers’ Meeting (FMM), te[1]lah diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8 Juli 2022.  Pertemuan ini menjadi forum strategis untuk membahas upaya pemulihan global, dengan mengangkat tema “Membangun dunia yang lebih damai, stabil, dan sejahtera bersama”. Pertemuan ini menjadi sangat monumental dimana seluruh Menteri negara G20 hadir secara in-person, dan duduk di satu ruangan yang sama.

Kehadiran seluruh Menlu G20 menjadi angin segar tersendiri, mengingat negara anggota G20 perlu melakukan konsultasi dan komunikasi yang sangat intensif saat dunia dihadapkan pada berbagai ketidakpastian, yang memicu krisis pangan dan energi. Meski bukan anggota, Ukraina juga turut diundang, dengan mengikuti sesi yang berlangsung secara daring

Hadir pula perwakilan sejumlah negara kepulauan kecil seperti PM Fiji sebagai Ketua Pacific Island Forum (PIF), Menlu Suriname sebagai Ketua Komunitas Karibia (Caricom) yang hadir secara virtual, serta negara berkembang seperti Uni Afrika. Kehadiran negara-negara tersebut sangat penting mengingat pentingnya inklusivitas dalam presidensi G20 Indonesia.

G20 FMM tersebut terdiri dari dua sesi. Sesi pertama  mengenai  penguatan multilateralisme  telah membahas langkah bersama bagi penguatan kolaborasi global dan membangun rasa saling percaya antar negara yang menjadi enabling environment  bagi stabilitas, perdamaian, dan pembangunan dunia.

Pada sesi ini dihadirkan dua pembicara khusus, yaitu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Prof. Jeffrey Sachs (Columbia University). Mereka menyampaikan pandangan mengenai penguatan prinsip-prinsip dan forum multilateral dalam situasi geopolitik saat ini

Sesi kedua  mengenai krisis  Pangan dan Energi, telah membahas langkah-langkah strategis untuk menanggulangi krisis kerawanan pangan, kekurangan pupuk, dan kenaikan harga komoditas global.  

Kenaikan harga komoditas dan terganggunya rantai pasok global memberikan dampak yang sangat besar bagi negara berkembang. Untuk itu, G20 sebagai forum ekonomi yang mewakili berbagai kawasan dunia, memiliki kekuatan untuk membahas isu ini secara komprehensif, demi mencari solusi ekonomi-sosial yang berkelanjutan

Di sesi ini, Indonesia meng[1]undang tiga pembicara khusus, yaitu David Beasley (Direktur Eksekutif WFP), Damilola Ogunbiyi (Perwakilan Khusus Sekjen PBB Untuk Energi Berkelanjutan Bagi Semua dan Co-Chair UN-Energy), dan Ibu Mari Pangestu (Direktur Pelak[1]sana World Bank). Mereka memberikan pandangan mengenai dampak konflik atas ekonomi dan pembangunan dunia

Selain itu, disela-sela Pertemuan Para Menlu G20, Menteri Luar Negeri Indonesia juga telah melakukan serangkaian pertemuan bi­lateral dengan para Menteri Luar Negeri, baik negara anggota G20 maupun negara undangan

G20 adalah sebuah platform multilateral strategis yang menghubungkan 20 Ekonomi utama dunia. G20 memegang peran penting dalam mengamankan masa depan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi global. Indonesia memegang Presidensi G20 di tahun 2022 dan memberikan prioritas pada kerjasama di bidang penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi. Mempertimbangkan kondisi global terkini, maka isu terkait ketahanan pangan dan energi juga banyak dibahas dalam berbagai pertemuan G20.[]

Don`t copy text!