Current Issue Desember 2022

R20 dan Komitmen Agama Mengatasi Problem Kemanusiaan

Gus Yahya berharap aliansi yang terbentuk pada forum R20 di Bali ini ke depannya akan berkembang lebih luas dan melibatkan kalangan lebih luas lagi untuk berjuang yang sama menuju solusi yang lebih konkret. Penutupan rangkaian acara R20 di Bali ditandai dengan penyerahan bendera R20 kepada partisipan dari India sebagai tuan rumah tahun depan.

Sebagai bagian dari Presidensi Indonesia di G20 tahun 2022, PBNU menginisiasi sebuah forum keagamaan dengan mengusung nama Religion-20 atau R20. Forum dilaksanakan di Bali dan Yogyakarta, 2-6 November 2022, dengan menggandeng Liga Muslim Dunia sebagai co-chair.

Forum ini merupakan penerus dari Interfaith Twenty atau IF-20. Forum ini sebelumnya diselenggarakan pada Presidensi Arab Saudi di tahun 2020 dan Italia di tahun 2021.

Ketua PBNU, KH Yahya Cholil Tsaquf, atau biasa dipanggil dengan Gus Yahya, menjelaskan bahwa forum R-20 dimaksudkan untuk menegaskan fungsi agama sebagai inspirasi para pemimpin dunia dalam mengatasi permasalahan dunia.

Hal ini tercermin jelas dalam sambutan Presiden RI yang menekankan pentingnya peran pemimpin agama dalam mengurangi rivalitas dan mendorong stabilitas global. Para tokoh dan organisasi keagamaan diharapkan dapat bekerjasama secara konkret untuk membangun peradaban dan mengatasi masalah-masalah kemanusiaan.

Terdapat 388 peserta asal 32 nega[1]ra yang hadir dalam kegiatan R20. Tidak tanggung-tanggung, forum ini menggandeng sejumlah pe[1]serta dengan latar belakang konservatif sebagai pembicara. Kehadiran beberapa tokoh dunia cukup mendapat perhatian, yakni antara lain Prof. Dr. Syawki ‘Allam selaku Mufti Mesir; Sri Ram Madhav Varanasi yang merupakan pemimpin organisasi sayap kanan India; serta akademisi Prof. Greg Barton dari Australia dan Mary Ann Glendon dari Amerika Serikat.

Gus Yahya menyakatan masih terdapat isu yang harus didiskusikan di kemudian hari. Salah satunya adalah bagaimana mengelola agar setiap agama melihat kelompok agama yang berbeda tanpa mengedepankan default mode
ancaman dan kecurigaan.

Kehadiran pembicara dengan berbagai latar belakang diyakini mendorong munculnya perspektif komprehensif dalam pembahasan resolusi konflik Mengangkat tema utama “Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solutions: A Glo[1]bal Movement for Shared Moral and Spiritual Values”, R20 memang dilaksanakan dengan format khusus, sehingga pembicaraan konflik antaragama bisa dilaksanakan secara terbuka. Hal inilah yang membuat R20 berbeda dengan forum dialog keagamaan lainnya.

Terdapat 3 (tiga) isu yang dibahas di dalam R20, yakni (1) Identifying and Embracing Values Shared by the World’s Major Religions and Ci[1]vilizations; (2) Historical Grievances, Truth-telling, Reconciliation and Forgiveness; dan (3) What Values do our Respective Traditions Need to Relinquish, to Ensure that Religion Functions as a Source of Genuine Solutions, and Not Problems, in the 21st Century?

Ketiga isu ini dibahas secara tajam, sehingga diskusi berhasil menghasilkan langkah konkret dalam mendorong peran R20 di masa depan. Salah satu yang didorong adalah penerbitan dan publikasi mengenai R20 di masing-masing negara.

Secara keseluruhan, forum R20 dinilai berhasil mendorong kesepakatan berupa kesepahaman para partisipan soal keadilan, kasih sayang dan kepedulian pada sesama. Namun, Gus Yahya menyakatan masih terdapat isu yang harus di[1]diskusikan di kemudian hari. Salah satunya adalah bagaimana mengelola agar setiap agama melihat kelompok agama yang berbeda tanpa mengedepankan default mode ancaman dan kecurigaan.

Gus Yahya juga menyoroti masih banyaknya konflik yang dikaitkan dengan atau dimotivasi oleh agama. “Ini yang harus kita perjuang[1]kan bersama. Supaya agama betul-betul membawa kemaslahatan bagi manusia dan bukan jadi masalah. Seperti apa konkretnya, untuk tahap sekarang mungkin belum, tapi yang sudah mengkristal adalah kehendak bersama, bahwa semua orang yang terlibat dalam konferensi ini punya kemauan kuat,” ujarnya

Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai toleransi dalam ragam budaya dan agama di Indonesia, para peserta juga diajak melaksanakan perjalanan budaya ke Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selain Candi Borobudur, Vihara Mendut dan Candi Prambanan, para peserta juga diajak mengunjungi sejumlah institusi pendidikan, yakni Universitas Islam Indonesia dan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Sebagai official engagement group G20, forum R20 akan dilaksanakan secara berkelanjutan, termasuk pada Presidensi India di tahun 2023 dan Presidensi Brasilia di tahun 2024

Don`t copy text!