‘
’SAYA bertekad menjadikan Sulawesi Utara (Sulut) ‘Bali kedua’ di Indonesia,’’ kata Sinyo Harry Sarundajang dalam berbagai kesempatan. SHS, sapaan akrabnya, meyakini sektor pariwisata merupakan masa depan gemilang Sulut.. ‘’Potensi Sulut banyak. Tapi sektor periwisata akan membuat daerah ini maju pesat dan mensejahterakan rakyat,’’ katanya. Karena itu, pilihannya: Sulut harus menjadi daerah kunjungan wisata paling ramai di Indonesia setelah Bali.
Pilihan dan tekad Gubernur Provinsi Sulut ini sudah on the right track. Paling tidak di mata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof Dr Bambang S. Brojonegoro. Salah satu perumus Visi Indonesia 2030 yang menargetkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi kelima terbesar di dunia itu menyebutkan, sektor pariwisata harus menjadi andalan Indonesia untuk meraih pertumbuhan ekonomi 12% per tahun.
Target pertumbuhan dan ambisi untuk menjadikan Indonesia the big five ekonomi dunia (China, India, USA, Uni Eropa, Indonesia) itu antara lain dengan menggenjot sektor pariwisata hingga kunjungan turis di tahun 2030 mencapai lebih dari 40 juta orang. ‘’Kunjungan turis ke Sulut harus sudah lebih dari 1 juta orang, atau paling baik sama dengan jumlah penduduk (Sulut) pada saat itu,’’ kata Bambang.
‘’Jika semua elemen masyarakat di Sulut satu tekad, target itu akan kita capai. Bahkan mungkin sebelum 2030 Sulut sudah mencapai target Visi Indonesia 2030 (di bidang pariwisata),’’ kata SHS. Karena itu, kata mantan Inspektur Jenderal Departemen Dalam Negeri ini, Sulut mencetuskan dan melaksanakan World Ocean Conference (WOC) 2009 di Manado “WOC kita dedikasikan untuk mencari solusi jitu bagi ancaman keselamatan dan kelestarian dunia di masa depan, juga menjadi momen bagi Sulut untuk melakukan lompatan dalam industri pariwisata melalui Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE)’’ katanya.
WOC dinilai sebagai gagasan visioner dan brilian dari SH Sarundajang. Penilaian itu setidaknya datang dari UN Habitat dan UNEP. Lembaga-lembaga dunia itu terkesima, karena baru kali ini lahir sebuah gagasan dan gerakan dari sebuah daerah di negara berkembang untuk memberi sumbangsih nyata bagi upaya penyelamatan masa depan dunia, khususnya hal-hal yang terkait dengan masalah kelautan. ‘’WOC merupakan gagasan yang brilian dan Gubernur Sarundajang merupakan pemimpin yang visioner,’’ kata Achim Steiner Direktur Eksekutif UNEP dan Anna Tibaijuka Direktur Eksekutif UN HABITAT saat bertemu SHS di Nairobi, Kenya, Pebruari 2007.
Setelah pertemuan Gubernur Sarundajang dengan UNEP, Achim Steiner langsung mengirim surat dukungan resmi UNEP terhadap WOC dengan menunjuk Surendra Shrestha, Direktur Regional UNEP untuk Asia dan Pasifik sebagai focal point UNEP untuk WOC. Direktur Global Forum on Oceans, Coasts and Islands, Prof. Billiana Cicin-Sain juga mengakui bahwa WOC yang digagas Gubernur Sarundajang merupakan ide yang briliant dan harus di dukung penuh. Global Forum akan bertindak sebagai co-organizer penyelenggaraan WOC 2009.
Ide melaksanakan WOC telah menggetarkan hati dan pikiran para pengambil kebijakan di Jakarta. ‘’Saya salut dan sangat menghargai kecemerlangan ide Pak Sarundajang melaksanakan pertemuan tingkat dunia (WOC) yang akan menjadi salah satu tonggak penting bagi upaya mengatasi perubahan iklim dunia akibat pemanasan global,’’ kata Prof Dr Indroyono Susilo, mantan Kepala Badan Penelitian Kelautan Departemen Kelautan dan Perikanan yang kini Sekretaris Menko Kesra. ‘’Ini sangat strategis bagi masa depan dunia dan diplomasi Indonesia,’’ ujar Eddy Pratomo, Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional Departemen Luar Negeri. Karena itu, “World Ocean Conference di Manado pada 2009 harus sukses,’’ tandas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Manado, Januari 2007.
Pesan dan amanat Presiden Susilo itu diterjemahkan oleh Sarundajang dalam berbagai aktivitas persiapan pelaksanaan WOC 2009. Di antaranya meyakinkan dunia internasional dan lembaga-lembaga tingkat dunia agar terlibat aktif menyukseskan WOC 2009. Pada Desember 2007 Sarundajang menghadiri UNFCC di Bali untuk mensosialisasikan pelaksanaan WOC kepada komunitas internasional. Pada April 2008 Sarundajang dan Panitia Nasional mempresentasikan WOC 2009 di Global Forum on Oceans, Coasts, and Islands ke-4 di Hanoi, Vietnam.
Usai dari Hanoi, Sarundajang meyakinkan publik Jepang di Pameran Coelacanth di Fukushima dan Tokyo, Jepang. Juni lalu, Sarundajang berhasil menarik perhatian saat mempresentasikan WOC pada Pertemuan Internasional yang membahas hukum laut internasional di Markas Besar PBB, New York, USA. Kunjungan ke PBB itu juga digunakan Sarundajang untuk mengundang publik internasional menghadiri WOC di Global Forum Steering Committee Meeting di New York, dan di US Oceans Stakeholders Meeting di Washington DC. Masih di Juni 2008, Sarundajang mempresentasikan WOC pada The 41st Session of the Intergovermental Oceanography Commission (IOC) UNESCO Executive Council Meeting di Paris. []
Add Comment