Pada tanggal 8 Juli 2009, bangsa Indonesia kembali melaksanakan pesta demokrasi untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung untuk yang kedua kalinya, yaitu memilih pemimpin yang akan memegang kendali kemana dan bagaimana bangsa ini akan dibawa dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Terkait dengan penyelenggaraan pilprestersebut, Departemen Luar Negeri RI bekerjasama dengan Institute for Peace andDemocracy dan Komunitas Indonesia untukDemokrasi, mengundang 56 visitor dari 26 negara untuk melihat dan merasakan proses pemilu di Indonesia. Mereka adalah para pejabat tinggi negara yang terkait dengan penyelenggaraan pemilihan umum di negaranya masing-masing.
Dan ternyata pemilu tersebut dapat dilaksanakan dengan baik tanpa diwarnaikekerasan, hal ini kembali membuktikan bahwa rakyat Indonesia telah memiliki kedewasaan politik dan bahwa demokrasi telah menyatu dengan kehidupan rakyat Indonesia.Bahkan para visitor yang kita undang tersebut mencatat beberapa hal yang menonjol dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia dan itu yang membedakan pemilu di Indonesia dengan di negara-negara demokratis lainnya. Salah satunya adalah bagaimana pemilu menjadi sebuah community base activity, dimana masyarakat terlibat secara aktif atas inisiatif mereka sendiri. Bagaimana masyarakat juga bisa beramai-ramai dan berkumpul melakukan pemungutan suara dengan santainya, tanpa kelihatan tegang ataupun bersitegang.
Menurut pandangan mereka ini menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi dapat berjalan seiring di Indonesia. Karena dunia mengenal Indonesia sebagai Negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk kurang lebih 240 juta jiwa dan 87% diantaranya beragama Islam, lebih besar dari total jumlah Muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara dan lebih besar dari populasi Muslim di negara-negara Asia Selatan dan Tengah, tetapi di Indonesia tidak ada kontradiksi antara Islam dan demokrasi.
Kerukunan antar umat beragama di Indonesia merupakan salah satu karakter toleransi bangsa Indonesia yang patut dibanggakan dan bahkan mengundang kekaguman dari dunia internasional. Sikap toleransi yang tinggi inilah yang kemudian memudahkan bangsa Indonesia untuk mampu menyerap nilai-nilai demokrasi.
Demokrasi di Indonesia disamping mendapat pengaruh stimulasi dari pembelajaran di Barat, ternyata juga mempunyai akar didalam masyarakat Indonesia. Demokrasi Indonesia itu mempunyai akar teologis dari Islam itu sendiri. Jadi kalau di AS, demokrasi sangat erat kaitannya dengan tradisi etika Protestan, di India dengan tradisi kultur antropologinya, maka di Indonesia adalah dengan Islamnya.
Kita ingat bahwa para tokoh pejuang demokrasi di Indonesia pada masa awal berdirinya negeri ini adalah para tokoh dari partai Islam, dimana salah satunya adalah Mr. Mohammad Roem. Oleh karena itu pada penyelenggaraan Annual Lecture di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang mengangkat tema ’Islam dan Demokrasi dalam Pembangunan Indonesia’ ditampilkan sosok Mohammad Roem. Beliau adalah seorang negarawan, diplomat ulung dan kampiun Muslim moderat yang sikap dan perilaku politiknya sangat demokratis, dan bahkan mengusulkan diselenggarakannya pemilu pada tahun pertama kemerdekaan RI.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah model dimana Islam dan demokrasi bisa berjalan seiring dengan harmonis. Indonesia adalah tempat dimana berbagai macam ragam budaya, etnik dan agama bias tumbuh subur dan berkembang bersama dengan demokrasi. Ini yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya di dunia, dan itu merupakan asset bagi diplomasi kita.
Add Comment