Juli 2012

Diplomat Peneliti

 

Diplomat Peneliti

 

Dr. Siswo Pramono, SH., LLM.

Kepala P3K2 Aspasaf

“Saya ingin agar P3K2 Aspasaf menjadi think-tank yang produktif dan berkualitas. Kami sedang membenahi sistem kerja dan meningkatkan kemampuan staf, supaya mampu menghasilkan rekomendasi yang bermutu dan bermanfaat bagi Kemlu.  Saya sangat senang dan mendukung bila staf P3K2 Aspasaf berkesempatan belajar, di dalam maupun di luar negeri, untuk meningkatkan kemampuan pengkajian” demikian ungkapan keinginan Kepala P3K2 Aspasaf, cah ndeso yang dibesarkan di desa Kepatihan, Tulungagung ini.

Menjadi diplomat, menurut Pak Siswo, bukanlah cita-citanya, karena ia tidak tahu soal diplomat. Namun karena berhasil meraih ranking 1 waktu SMA, pak Siswo lantas diterima di Universitas Airlangga dan kemudian memperoleh beasiswa dari Kemlu. Setelah lulus, diplomat yang sempat bekerja serabutan dan membantu memasarkan dagangan ayahnya di Surabaya ini diminta untuk masuk Kemlu.

Selama 26 tahun bekerja di Kemlu, diplomat yang ramah dan santun ini telah ‘terbina’ menjadi ‘diplomat-peneliti’. Pak Siswo betul-betul merasakan sebagai seorang ‘diplomat’ ketika tugas penempatan di Jerman dan Belanda. Kemudian menjadi ‘peneliti’ ketika ditarik ke Pusat dan di tempatkan di Litbang (sekarang BPPK) dan tidak pernah ke satker lain. Bagi Pak Siswo ini merupakan sesuatu yang ‘aneh tapi nyata’.

Namun demikian, diplomat yang punya hobby driving dan menulis ini tetap mensyukuri semua itu, apalagi karena Litbang-lah yang mendukungnya untuk tugas-belajar di Australia. Pak Siswo meraih Post-Graduate Diploma di ANU, Canberra, lalu Master of Law di Monash University, dan PhD on political science di ANU. Pada saat mengambil program S-3 inilah, peraih penghargaan High Commendation-Dialogica Award untuk penulisan karya ilmiah-populer ini berkenalan dengan seorang dosen kimia ITB yang kemudian berhasil juga dijadikannya sebagai istri. Bagi pak Siswo, Australia memang penuh dengan kenangan manis.

“Saya bekerja dalam team-work. Karena itu prestasi yang terbangun adalah prestasi-nya team. Dan saya selalu memupuk comradeship diantara anggota team”, ungkap pak Siswo menanggapi berbagai keberhasilan yang diraih P3K2 Aspasaf, termasuk keberhasilan dalam melakukan kajian mandiri ASEAN Connectivity. “Semuanya berkat persiapan dan perencanaan yang matang, dan merupakn prestasi team-work P3K2 Aspasaf secara keseluruhan” imbuhnya.

Diplomat yang suka sekali wara-wiri dengan mobil Katana nya ini pernah nyetir sendiri dari pulau Capri (Italia Selatan) hingga ke Bergen (Norwegia) ditemani dengan sang istri yang menjadi navigator-nya. “Banyak aspek sosial-budaya yang menarik yang dapat memperkaya wawasan kami, selama kami melakukan traveling” kata diplomat yang juga aktif menulis di beberapa surat kabar dan jurnal ini.

“Selain nulis, saya juga ngajar, karena keduanya penting untuk meng-aktualkan pengetahuan.  Saya mengajar mata kuliah hubungan internasional di Universitas Paramadina, dan, kalau pas ke Papua, juga mengajar di Universitas Cenderawasih. Mengajar, adalah bentuk komunikasi saya dengan generasi masa depan” jelas diplomat yang selalu mengupayakan dinner bersama keluarga ini.

Jika tidak sempat camping atau outbond bersama, sekedar ngobrol sambil minum kopi di tempat yang menik-menik (romantis) adalah rutinitas yang dilakukan pak Siswo bersama keluarga untuk mengisi waktu luang dan mensyukuri hidup. Sedangkan rutinitasnya setiap pagi adalah melakukan senam, stretching, sit-up, dan push-up, selama 30 menit sebelum berangkat ke kantor. Pak Siswo dan istri juga gemar ballroom dancing, atau poco-poco, karena aktivitas ini menyehatkan.

Diplomat yang mengaku sebagai keturunan pithecanthropus erectus Javanicus ini memilih buah dan sayur sebagai makanan pokoknya, dan hampir setiap weekend melakukan wisata kuliner bersama keluarga. Biasanya ke warung-warung di sekitar TIM karena bisa sekalian nonton bioskop, atau ke Bandar Jakarta untuk makan seafood.

Menyikapi peran Indonesia di kancah global sekarang ini, pak Siswo menjelaskan bahwa keanggotaan Indonesia di G-20, dengan GDP lebih dari 700 miliar Dollar AS, dan GDP Perkapita 3.500 Dollar AS, merupakan modal untuk meningkatkan peran Indonesia di dunia internasional. Namun demikian pak Siswo mengingatkan agar kita jangan myopic terhadap kepincangan domestik yang luar biasa saat ini, dan kita harus mampu mengatasinya.

“Pembangunan ekonomi adalah tanggungjawab semua pemangku kepentingan di Nusantara ini. Namun, diplomasi ekonomi harus mampu membantu mendatangkan kesejahteraan riil di Kawasan Timur Indonesia. Itulah tantangan utama bagi kita semua. Hanya kalau kita sudah mampu mengatasi kepincangan struktural itu, barulah kita bisa bertindak atas nama Nusantara seutuhnya. Dan barulah Indonesia bisa berperan secara lebih substantive, bukan sekedar posturing atau pencitraan semata, di dunia internasional. Diplomat harus menyadari betul kegentingan masalah ini; dan harus berjuang secara militant menghapuskan ketidak-adilan sosial itu. Walaupun tantangannya berat, tapi jangan berkecil hati, apalagi patah semangat. Dimana ada kemauan, di situ ada jalan” ungkap pak Siswo menutup perbincangan.

About the author

admin

Add Comment

Click here to post a comment

Don`t copy text!