Juni 2017 Previous Issue

Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA) Sebagai Medium Utama Perkenalkan Indonesia ke Dunia Luar

Setelah berkecimpung lama dalam dunia pengajaran bahasa Indonesia untuk para mahasiswa asing, semakin saya sadari bahwa sangat diperlukan kreativitas yang tinggi untuk mampu memperkenalkan Indonesia dari berbagai aspeknya.

Yanti Mirdayanti, M.A
Dosen Bahasa Indonesia
Fakultas Sastra, Institut Asia-Afrika, Universitas Hamburg

Para pengajar BIPA di luar Indonesia selalu disadarkan bahwa di pundaknya telah dititipkan beberapa hal yang wajib diketahuinya dengan baik, yaitu tentang: perkembangan Bahasa Indonesia Yang Baku/Standar di tanah air, dinamika Republik Indonesia yang maha luas, Kekayaan budaya Indonesia yang sangat berwarna,perkembangan ekonomi, sosial, dan politik Indonesia yang senantiasa berubah dan berkembang cepat.

Selain itu, untuk para pengajar BIPA di luar Indonesia juga setidaknya tiga kewajiban utama lainnya berada di pundaknya, yaitu: 1) Pengetahuan yang baik tentang bahasa ibu tempat bahasa Indonesia diajarkan, setidaknya penguasaan Bahasa Inggris; 2) Pengetahuan yang baik tentang budaya negara tempat Bahasa Indonesia diajarkan; 3) Pengetahuan tentang karakter dan sifat-sifat umum orang-orang di negara tempat Bahasa Indonesia diajarkan.

Bagaimanakah aspek-aspek tersebut di atas bisa dikombinasikan dan diwujudkan untuk mencapai dua tujuan dari pengajaran bahasa Indonesia? Kedua tujuan yang dimaksud adalah: 1) Menjadikan para mahasiswa asing yang dibimbingnya dari tidak bisa berbahasa Indonesia  menjadi bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar; 2) Menjadikan para mahasiswa asing yang dibimbingnya dari tidak mengenal budaya Indonesia sama sekali atau hanya mengenal sedikit menjadi mengenal budaya dan aspek-aspek Indonesia lainnya dengan cukup baik atau baik sekali.

Berdasarkan pengalaman sebagai pengajar BIPA selama ini, jelas sekali bahwa seorang pengajar BIPA di luar Indonesia itu harus bisa menjalankan tugasnya sekreatif mungkin, serta sangat mandiri. Selain mengikuti kurikulum standar yang telah ditetapkan di perguruan tinggi masing-masing, pengajaran BIPA dan perkenalan tentang Indonesia juga bisa dilakukan di luar jam perkuliahan reguler. Yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler di kampus dan luar kampus.

Perkuliahan reguler berdasarkan kurikulum yang telah dirumuskan di setiap perguruan tinggi di Jerman tidaklah seragam. Tetapi secara umum ditetapkan misalnya: 1)Berapa jam perkuliahan dalam seminggunya diberikan untuk setiap level kelas bahasa; 2) Berapa kali pertemuan dalam seminggunya; 3) Berapa beban kredit per semesternya; 4) Berapa jumlah mahasiswa dalam grup; 5) Apakah persyaratan-persyaratan untuk kelulusan per semesternya; 6) Apakah titik berat bidang studinya: sastra, budaya, ekonomi, hukum, dll.

Untuk menunjang bidang akademik para mahasiswa, ada beberapa macam kegiatan yang telah dikoordinir oleh Program Studi Indonesia/Melayu maupun oleh Departemen Asia Tenggara di Universität Hamburg, misalnya: 1) Pengiriman para mahasiswa ke Indonesia untuk melakukan kegiatan praktek kerja (Praktikum/Internship); 2)Pengiriman para mahasiswa ke Indonesia untuk melakukan program satu semester Study Abroad di sebuah perguruan tinggi Indonesia (Auslandssemester/Study Abroad); 3) Melakukan perjalanan studi ekskursi dengan para mahasiswa, ke luar kota atau ke luar negeri, tentang tema-tema tertentu (Excursion); 4) Pemutaran film Indonesia & Diskusi (Filmabend & Diskussion/Film Evening & Discussion); 5) Perayaan Hari Budaya Indonesia/Melayu (Tag der Austronesistik/Austronesian Day); 6) Perayaan Hari ASEAN (ASEAN – Tag/ASEAN Day); 7) Perayaan Ulang Tahun ASEAN ke-50 yang dilakukan selama satu semester tahun 2017 (50 Jahre ASEAN/50 Years ASEAN); 8) Acara seri ceramah dengan tema-tema yang bervariasi (Vortragsreihe/Lecture Series); 9) Pembacaan karya sastra dan diskusi bersama para sastrawan/sastrawati Indonesia (Lesung und Diskussion); 10) Konferensi-konferensi mahasiswa tentang Indonesia/Asia Tenggara; 11) Dan lain-lain.

Kegiatan-kegiatan di atas hanyalah beberapa contoh aktivitas yang telah diselenggarakan. Semuanya dilakukan selama semester berlangsung. Artinya tidak selama liburan semester. Dengan demikian, para mahasiswa masih lengkap berada di kampus dan bisa mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

Selain itu, membangun jaringan dan memelihara hubungan dengan berbagai pihak di luar kampus pun harus terus dilakukan dengan konsisten oleh para pengajar BIPA di luar Indonesia.

Yang perlu juga dilakukan para pengajar BIPA  terutama adalah networking dengan diaspora Indonesia di kota atau negara tempat BIPA diajarkan. Juga akan lebih baik jika bisa turut terlibat dalam kegiatan-kegiatannya secara langsung atau pun tidak langsung.

Misalnya, di Hamburg selalu saya upayakan hubungan yang baik dengan organisasi-organisasi masyarakat (ormas) diaspora Indonesia. Juga dengan KJRI Hamburg dan KBRI  Berlin. Mitra kontak utamanya adalah terutama Atase Pendidikan dan Kebudayaan.

Kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan pihak-pihak di luar kampus yang sangat berhubungan dengan Indonesia tentunya juga dapat memberikan keuntungan positif untuk para mahasiswa program studi Indonesia atau Asia Tenggara. Misalnya melalui kegiatan-kegiatan besar sebagai berikut: 1) Lomba Pidato/Lomba Dongeng se-Jerman dalam Bahasa Indonesia. Diselenggarakan khusus untuk para mahasiswa asing/mahasiswa Jerman.  Merupakan acara tahunan yang bertempat di KBRI Berlin; 2) Beasiswa Dharmasiswa untuk studi setahun di sebuah perguruan tinggi Indonesia. Dibiayai Kemendikbud Jakarta dan disebarkan melalui KJRI-KJRI serta dikoordinir KBRI Berlin; 3) Malam Panjang Konsulat “Lange Nacht der Konsulate”. Acara budaya tahunan di KJRI Hamburg (yang juga diselenggarakan oleh seluruh Konsulat negara-negara yang berada di Hamburg); 4) Festival Budaya terbesar se-Jerman dan terbesar kedua di Eropa “Pasar Hamburg”. Diselenggarakan setiap tahun oleh diaspora Indonesia yang berada di bawah naungan yayasan IDKA – Hamburg; 5) Program Musik Indonesia Sound of Indonesia/SOI. Diselenggarakan hampir setiap tahun oleh Persatuan Pelajar Indonesia, PPI – Hamburg.

Selain itu, masih banyak kegiatan besar lainnya yang berhubungan dengan Indonesia dan bisa diikuti oleh para mahasiswa Jerman yang tengah studi bidang studi Indonesia atau Asia Tenggara, misalnya: acara Natal Indonesia, acara perayaan HUT – RI, dan acara Idul Fitri yang semuanya diadakan baik di KJRI-KJRI maupun di KBRI.

Di Hamburg juga terdapat Himpunan Masyarakat Jerman – Indonesia (DIG – Hamburg) yang sudah berusia tua. DIG selalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan kolaborasi, dengan Program Studi Indonesia/Melayu maupun dengan ormas-ormas diaspora Indonesia lainnya. Kegiatan-kegiatan DIG seringnya berhubungan dengan acara-acara budaya dan sastra. Mayoritas anggota DIG adalah masyarakat Jerman yang memiliki hubungan batin yang erat dengan Indonesia. Hubungan tersebut terjadi baik melalui pengalaman kerja, bisnis, pernikahan, bidang akademis, kegiatan sastra, maupun karena senang berlibur di Indonesia. Saya pun telah lama menjadi anggota aktif DIG ini.

Hamburg juga merupakan Headquarter atau Kantor Utama organisasi resmi “Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia – Jerman” (IASI, e.V.). Didirikan pertama kalinya oleh Pak Habibie dan kawan-kawannya pada awal tahun 70-an di kota Bonn. Tujuannya untuk menampung para ilmuwan dan para ahli Indonesia di Jerman sebagai kontributor sangat penting dalam pembangunan Indonesia, terutama di bidang teknologi tinggi.  Kini anggota-anggota IASI  yang tersebar di seluruh Jerman berasal dari berbagai bidang keilmuan, termasuk bidang humaniora.  Kepengurusan IASI periode 2017 – 2019 berada di bawah Yudi Ardianto sebagai Ketua I dan saya sendiri sebagai Ketua II. Ditambah dua pengurus inti lainnya: Sekretaris dan Bendahara. Juga beberapa Divisi Kerja dari berbagai bidang keilmuan. Kegiatan IASI beragam, termasuk menjadi mitra program-program pemerintah Indonesia maupun perguruan tinggi di Indonesia.

Prestasi lain yang berhubungan dengan bidang  studi Asia Tenggara adalah telah terbentuknya sebuah “Asosiasi Para Mahasiswa Bidang Studi Asia Tenggara di Jerman”. Didirikan pada tahun 2016 lalu oleh para mahasiswa sendiri. Kegiatan utamanya adalah mengadakan konferensi tahunan khusus untuk para mahasiswa bidang studi Asia Tenggara di Jerman dan luar Jerman. Asosiasi ini bertujuan untuk mempererat hubungan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jerman yang memiliki Departemen Asia Tenggara. Dengan demikian juga bisa memperkuat jaringan ilmiah dan mungkin jaringan karir kerja.

Bahasa Indonesia harus menjadi tuan rumah di negara Indonesia. Juga kini telah menjadi “Bahasa Tamu” di berbagai negara di luar Indonesia.

Namun perlu diingat bahwa tugas terpenting untuk memelihara serta mempromosikan “Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar” tidaklah melulu berada di tangan para pengajar BIPA. Melainkan terutama menjadi tanggung jawab warga Indonesia pemakai Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.[]

Penulis: Yanti Mirdayanti
Dosen Bahasa Indonesia
Prodi Indonesia/Melayu
Departemen Asia Tenggara
Universität Hamburg Germany

Don`t copy text!